Kamis, 17 Februari 2011

Pola Hidup yang ideal Dalam Islam

Pola Hidup yang Ideal Dalam Islam – Romantika dan problematika kehidupan di dunia yang harus dihadapi oleh setiap orang berfariasi. Keragaman tersebut sesuai dengan tingkat kadar kemapanan keimanan, keilmuan dan kemapanan emosional. Demikian juga pola dan cara masing-masing untuk menyikapi gejolak kehidupan tersebut. Hanya dengan berpanduan pada tali (agama) Allahlah kehidupan ideal secara hakiki dapat tergapai, tanpanya (ajaran Islam semua menjadi semu bahkan mengejar fotamorgana.

Setiap orang yang lahir kedunia ini harus menjalani hidup dan kehidupan untuk menuju titik akhir.
Menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini dapat diibaratkan seperti menyeberangi lautan lepas yang sangat dalam dengan gelombang ganas silih berganti menghantam, sehingga banyak orang yang tenggelam didalamnya tidak sampai pada tujuan yang dituju dan diharapkan dengan selamat dan setosa.
Oleh karena itu dalam menempuh hidup dan kehidupan ini harus ada sesuatu pedoman yang jelas baik tujuan yang ingin di capai maupun yang ditempuh untuk sampai ke titik harapan yang ditunggu. Karena itu muncullah berbagai teori dan ajaran untuk menjalani hidup dan kehidupan ini. Lahirlah teori kapitalis, sosialis dan komunis dan lain-lain sebagainya. Bahkan bagi orang-orang primitif hidup mereka berpedoman dan mempunyai pola hidup sesuai dengan pengaruh alam di mana mereka berada.
Kalau kita lihat dari kacamata agama-agama langit yang di sampaikan oleh para rasul yang silih berganti yang berakhir dengan datangnya risalah Nabi Muhammad saw. Dengan kitabnya Al-Quran yang masih utuh hingga saat sekarang ini.
Pola hidup dan kehidupan dalam Islam jelas sekali, baik tujuan maupun tata caranya.
Tujuan hidup menurut ajaran Islam adalah kehidupan akhirat yang abadi setelah kehidupan dunia yang hanya sementara ini. Tetapi tanpa melalui kehidupan dunia tidak akan ada kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat berpangkal pada kehidupan dunia, sebagaimana kehidupan dunia akan berujung dengan kehidupan akhirat, karena kehidupan akhirat itu merupakan kehidupan abadi, maka Islam menyuruh umatnya untuk mencari bekal demi sebuah kehidupan yang hakiki nan abadi dengan tanpa melupakan kehidupan dunia.
Dalam al-Quran Allah swt berfirman “Carilah olehmu apa yang akan diberikan oleh Allah swt di akhirat, tapi jangan lupa terhadap nasibmu di dunia ini, berbuat baiklah kamu (dalam hidup dipermukaan bumi ini) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kamu, janganlah kamu melakukan pengrusakan di muka bumi ini, sesungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Al-Qasash: 77).
Dari ayat di atas jelaskan bahwa tujuan akhir dari hidup dan kehidupan dunia ini adalah kehidupan akhirat. Dalam menjalani kehidupan dunia harus dengan perbuatan-perbuatan yang baik, karena perbuatan yang baik akan memberikan imbalan yang baik pula sejak didunia begitu pula di akhirat kelak yang akhirnya dimasukan ke dalam surga.
Demikian pula sebaliknya orang yang berbuat jelek yang jelas akan memberi akibat yang jelek pula baik di dunia maupun diakhirat kelak yang pada akhirnya dimasukkan ke dalam neraka sebagai azab yang sangat pedih. Allah Berfirman: “Siapa saja yang melakukan perbuatan yang baik, niscaya ia akan memperoleh balasan yang baik pula (baik di dunia, maupun di akhirat) begitu pula barang siapa yang berbuat kejahatan akan menanggung akibatnya (baik di dunia, maupun di akhirat kelak) (QS. Hamim as-Sajadah: 46).
Al-Quran mengingatkan “Demi masa sesungguhnya semua manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan diiringi dengan amal-amal saleh, saling mengingatkan untuk menegakkan kebenaran, dan saling mengingatkan agar tabah dan sabar menghadapi cobaan dan tantangan” ( Al-Ashri: 1-3).
“Siapa saja yang beramal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami akan memberikan kepadanya kehidupan di dunia yang baik dan akan memberikan kepadanya balasan di akhirat, lebih baik dari apa yang dilakukan semasa hidupnya di dunia (An-Nahl: 97)
Amal shalih adalah semua perbuatan yang mendatangkan manfaat dan terhindar dari hal-hal yang memberikan mudharat, baik untuk pribadi maupun orang lain ataupun lingkungannya. Ukuran baik dan buruk adalah sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya bukan rasio atau akal manusia, karena manusia sekali-kali tidak akan dapat menemukan kebaikan yang sebenarnya sebagaimana yang Allah kehendaki. Karena apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya tersebut akan membawa kepada kebaikan kepada manusia. Begitu pula sebaliknya apa saja yang dilarang, bila dikerjakan akan mendatangkan kemudharatan.
Allah menciptakan manusia yang berasal dari tanah dari bumi ini, karenanya Allah menyuruh manusia memakmurkan bumi sebagai tempat asalnya (QS. Hud: 61).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar