Murid Sekolah Dasar Negeri Wiladeg, Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam rangkaian memperingati Hari Kemerdekaan ke 65 Republik Indonesia mementaskan wayang kulit dengan dalang Rosiansah Darma Pratama yang membawakan lakon `Aji Norontoko` atau `Dorso Leno`.

Pementasan wayang kulit dengan dalang dan niyogo (penabuh) gamelan adalah murid-murid SD Negeri Wiladeg tersebut berlangsung di aula Kantor Kecamatan Karangmojo, Senin.

Camat Karangmojo, Padmo, di sela-sela acara itu mengatakan pementasan wayang kulit yang diamainkan dalang cilik serta niyogo (penabuh gemelan) dari murid SD Negeri Wiladeg itu bertujuan untuk ikut melestarikan budaya Jawa yang memiliki nilai `adiluhung` agar tidak punah.

`Wayang kulit merupakan warisan budaya adiluhung yang dapat dijadikan tontonan serta menjadi tuntunan untuk masyarakat yang dapat melekat erat, sehingga jangan sampai seni budaya diambil oleh megara lain, karenanya anak SD harus dikenalkan tentang seni budaya ini," katanya.

Dia mengatakan, pementasan wayang kulit ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan memperingati HUT ke 65 RI yang kemudian dilanjutkan dengan lomba sendratari dengan peserta dari murid-murid SD juga.

Dia mengatakan, puncak kegiatan HUT ke 65 RI di wilayah Kecamatan Karangmojo akan digelar karnaval pembangunan yang akan diikuti oleh sembilan desa di wilayah itu.

"Peringatan HUT ke 65 RI akan diisi dengan kegiatan seni budaya dan olah raga, sedangkan puncak kegiatan dengan menyelenggarakan karnaval pembangunan yang melibatkan sembilan desa se Kecamatan Karangmojo," katanya.

Menurut dia, berbagai kegiataan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan itu pelaksanaannya lebih awal karena bertepatan dengan bulan puasa. "Berbagai kegiatan dilaksanakan lebih awal sebelum bulan puasa,dan pada malam 17 Agustus nanti kami adakan acara tirakatan yang kemudian keesokan harinya upacara bendera ," katanya.

Sementara itu, pembina dalang dan niyogo SD N Wiladeg, Slamet, mengatakan pengenalan tokoh wayang dan perangkat gamelan kepada anak-anak usia SD merupakan langkah untuk melestarikan kebudayaan Jawa tersebut.

"Tujuan dilaksanakan pementasan ini merupakan cara untuk mengenalkan tokoh-tokoh wayang dan perangkat gamelan kepada murid-murid SD agar mereka lebih mengenal yang kemudian dapat melestarikannya," katanya.

Dia mengatakan sudah tiga tahun menjadi pembina ekstra kurikuler di SD N Wilageg dengan pelajaran mendalang dan menabuh gamelan. "Saya baru tiga tahun membina murid SD N Wiladeg dan hasilnya lahir seorang dalang cilik beserta kelompok niyogo cilik ini," katanya.

Ia mengatakan dalang cilik, Rosiansah Darma Pratama, yang biasa dipanggil Sangsang, merupakan murid kelas VI sedangkan niyogonya adalah murid-murid kelas IV sampai kelas VI.

Sangsang belajar dalang sejak kelas III SD dan telah berhasil menjuarai lomba dalang cilik sampai tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Sangsang pada peringatan Hardiknas 2009 keluar sebagai juara pertama tingkat Kabupaten, pada 2010 juara ke dua tingkat provinsi DIY," katanya.(*)